Arsitektur Candi di Lumajang menggunakan Batu Bata bukan batu karena Lumajang berada tidak dekat dengan gunung batu sehingga candi randuagung dibangun menggunakan batu bata karena budaya tidak dapat dipisahkan dengan sumberdaya sekitar.

Pemahaman akan sejarah daerah sangatlah penting dan kekhasan daerah tersebut yang akan menentukan jati diri masyarakat sekitarnya.
Lumajang memiliki warisan 96 cagar budaya yang tersebar di sembilan kecamatan.
Salah satunya adalah Candi Agung Randuagung yang terletak di Kecamatan Randuagung.
Rabu (15/8/2018), Balai arkeologi D.I Yogyakarta mengadakan Sosialisasi Hasil Penelitian Arkeologi yang mengkaji tentang arsitektur dan lingkungan candi randuagung dan rangkaian acara dibuka langsung oleh Sekdin Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Lumajang.
Sosialisasi yang diadakan di Hotel Grand Aloha, Lumajang ini dihadiri oleh Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Randuagung Community serta para perwakilan siswa tingkat Sekolah Menengah Atas.
Umumnya tujuan ekskavasi adalah membuktikan hipotesis sebagaimana disebut sumber-sumber sejarah.
Atau bisa juga untuk menindaklanjuti survei yang pernah dilakukan sebelumnya.

Eskavasi arkeologi yang berlangsung pada tanggal 6 - 23 Agustus 2018 di beberapa titik Lokasi Candi Randuagung ini adalah pembuktian hipotesis untuk menindak lanjuti hasil penelitian Balai Arkeologi D.I Yogyakarta pada tahun 2016.
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk menggambarkan budaya, situasi ekonomi, peradaban masyarakat sekitar, dan usia candi.
Prof. Dr. Bambang Soelist selaku peneliti abu dari Arkenas selain memaparkan tentang Undang-undang Cagar Budaya dan Pengelolaan Warisan Budaya baik yang berwujud (Tangible Heritage) maupun tak berwujud (Intangible Heritage).
Arsitektur Candi di Lumajang menggunakan Batu Bata bukan batu karena Lumajang berada tidak dekat dengan gunung batu sehingga candi randuagung dibangun menggunakan batu bata karena budaya tidak dapat dipisahkan dengan sumberdaya sekitar.
Drs. Sugeng Riyanto (Kepala Balai Arkeologi DIY) juga menyampaikan Candi Randuagung bukanlah candi tunggal akan tetapi Kemungkinan ada empat bangunan di sekitar candi dan ada juga bangunan di luar candi.”
Berikutnya, H. Preswanto sebagai peneliti menyampaikan, “Candi Randuagung memiliki tinggi bangunan sekitar 4,23 meter dengan komponen bangunan yang lengkap meliputi batur, gapura, pagar, dan candi induk yang bisa dilihat saat ini.”
Sederet prediksi dari penelitian tersebut dapat memperkirakan Candi Randuagung yang besar dan luas. “Candi Randuagung bisa menjadi wacana besar suatu saat yang akan dinikmati oleh anak cucu kita,” tegas Prof. Dr. Bambang Soelist.
Menurut Aminullah selaku Ketua Komunitas Randuagung (Randuagung Community) yang selama ini getol memperjuangkan agar tata kelola Candi Agung yang reperesentatif dapat segera terwujud dengan dukungan semua pihak termasuk Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang selaku yang berwenang terhadap wilayah kemudian Balai Pelestarian Cagar Budaya Trowulan dan Balai Arkeologi.

Untuk meningkatkan animo kunjungan terhadap candi sebagai destinasi wisata maka dibutuhkan infrastruktur yang memdai seperti akses jalan, fasilitas umum dan balai pustaka modern yang dapat menceritakan sejarah dan kebudayaan berdirinya Candi Randuagung.(Anik dkk)

COMMENTS