Harapannya lagi dengan terpilihnya Thoriqul Haq dan Indah Amperawati sebagai Bupati dan Wakil Bupati Lumajang agar lebih memperhatikan dan memberikan kebijakan dalam usaha mendorong kemajuan para pengrajin Batik Khas Lumajang ini baik dalam usaha menambah permodalan maupun peningkatan kapasitas pengrajin.
Begitu banyak ragam batik yang berkembang di Indonesia seprti batik Bali, Solo, Yogyakarta, Pekalongan, Madura, Sidoarjo dan ada juga batik Lumajang.
Setiap batik dari berbagai daerah memiliki cirinya tersendiri, begitupun batik Lumajang.
Goresan batik dengan dominasi motif pisang dan dedaunan yang akrab kita kenal dengan batik Lumajang merupakan salah satu kekayaan budaya yang patut dipertahankan dan dikembangkan.
Namun demikian, meski dikenal sebagai bagian tradisi Nusantara, perkembangan batik kerap mengalami pasang surut.
Akibatnya, nasib batik mulai memprihatinkan. Dikatakan ada, tapi sifatnya terbatas; Dikatakan tidak, beberapa tempat masih mempertahankan dan bahkan masyarakatnya menggantungkan hidup pada batik.
Beberapa pihak mengajak untuk menghidupkan kembali kecintaan terhadap batik karna selain aktif terlibat langsung untuk melestarikan warisan budaya, dari beragamnya batik ini terdapat juga peluang usaha yang dapat membantu memajukan ekonomi masyarakat, seperti yang telah dilakukan oleh salah satu warga Lumajang ini.
Pelan tapi pasti, kesadaran masyarakat untuk merawat warisan nenek moyang itu sudah mulai tumbuh justru bukan di pusat kota, tetapi di pinggiran.
Ya,, Usaha batik ini lahir didesa Ranulogong Kecamatan Randuagung Kabupaten Lumajang yang dipelopori oleh perempuan bernama Laila Rofi’ah, SP.
Wanita kelahiran Desa Ranulogong Kecamatan Randuagung Lumajang pada tanggal 16 November 1968 ini merupakan Ibu rumah tangga dengan satu orang anak yang aktifitas sehari-harinya adalah seorang pengajar di PAUD Andira dipagi hari, pada siang harinya mengajar Paket B di PKBM Budi Utomo dan pada malam harinya masih sempat mengajar ibu-ibu dalam memberantas buta aksara di wilayahnya.
Dalam kesibukan mengajarnya pada tahun 2011 terbersit difikirannya untuk membuat keterampilan bagi anak didiknya yang rata-rata ibu rumah tangga sehingga muncullah ide membuat usaha batik tulis yang bisa dikerjakan ibu rumah tangga. yang tujuannya menambah pengahsilan suami dalam mencari nafkah keluarga.
Bukan hal yang mudah dalam merintis usaha batik ini, apalagi dengan keterbatasan biaya dan sumberdaya manusia yang belum memadai.
Dengan biaya pribadi dari hasil honor mengajarnya yang hanya sebesar Rp. 400.000,- Laila belajar membatik pada seorang pembatik dari Kabupaten Probolinggo dengan mengajak anak didiknya.
“Ya, inilah jalan yang ditunjukkan Allah SWT kepada saya, sehingga saya dipertemukan dengan Bapak Agus yang bersedia mengajari kami dengan ikhlas tanpa meminta biaya pelatihan sepeserpun” katanya.
Dengan ketekunan dan kemauan yang tinggi akhirnya Laila mampu melawati masa-masa sulit sehingga mampu memproduksi Batik Tulis dan Batik Cap dengan kualitas terbaik dan sudah layak untuk dipasarkan ditingkat regional maupun nasional.
Batik tulis khas lumajang ini diberi label dengan nama Batik Laila.
Saat ini produksi Batik Laila sudah mampu memenuhi permintaan konsumen baik personal maupun pesanan dari instansi pemerintah kabupaten Lumajang yang dijual dengan harga antara Rp. 100.000 untuk batik Cap dan 150.000 untuk Batik Tulis tiap potongnya dan harga jual ini berfariasi sesuai dengan tingkat kerumitan pembuatannya.
Selama berjalannya usaha batik ini para pembatik sudah mampu menyisihkan penghasilannya untuk membeli motor dan membiaya sekolah anaknya.
“Tahun lalu kami melalui paguyuban pembatik Lumajang mendapat order kain sebanyak 800 potong melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Lumajang, Semoga tahun ini dengan Bupati yang baru akan lebih banyak lagi”. Kata laila sambil menampakkan senyumnya.
Harapannya lagi dengan terpilihnya Thoriqul Haq dan Indah Amperawati sebagai Bupati dan Wakil Bupati Lumajang agar lebih memperhatikan dan memberikan kebijakan dalam usaha mendorong kemajuan para pengrajin Batik Khas Lumajang ini baik dalam usaha menambah permodalan maupun peningkatan kapasitas pengrajin.
Apalagi dalam pilkada kemarin satu-satunya calon bupati dan wakil bupati yang memakai batik hanya Cak Thoriq dan Bunda Indah. Ini merupakan isyarat menunjukkan kecintaannya pada Batik Khas Lumajang dan pertanda bangkitnya Batik Lumajang. (FD)
COMMENTS